The Love For Happy Together Part.7

27 Sep

5 tahun telah terlewati. So Eun yang sedang memasak melirik jam dinding. So Eun tersenyum. Lalu dia menaruhkan hasil masakannya ke meja makan. Kemudian dia melepaskan celemak yang dipakainya. Dan dia menuju ke kamar tidurnya. So Eun membuka pintu dan tersenyum melihat anak lelakinya yang berusia 5 tahun sedang tidur lelap. So Eun pun mengendap-endap langsung menindih tubuh anaknya. Anaknya yang sedang asyik tidur mulai terbangun.

”Ibu! Aku masih ngantuk.” anaknya mengucek mata agar bisa melihat ibunya dengan jelas.
”Kim Sang Bum! Kau harus bangun. Bukankah kau tidak mau terlambat masuk TK dihari pertamamu?”ujar So Eun sambil mencubit pipi anaknya. Gemas!
Sang Bum langsung terbangun.
”Ah. Iya! Aku mandi dulu ya!” Sang Bum berlari mengambil handuk kecilnya lalu menuju ke kamar mandinya. Meskipun usianya 5 tahun tetapi dia sudah bisa mandiri seperti mandi sendiri tanpa dibantu Ibunya.
”Selesai mandi, Langsung sarapan ya!”teriak So Eun.
”Iya!”jawab Sang Bum.
So Eun menggeleng tertawa melihat kelakuan anaknya yang begitu lincah.

Sang Bum telah selesai sarapannya begitu juga So Eun. Sang Bum langsung berlari keluar lengkap dengan seragam barunya. So Eun menutup pintu rumahnya. Lalu So Eun menggandeng Sang Bum keluar. So Eun mengunci pintu gerbang rumahnya.
”Selamat Pagi, So Eun!”sapa tetangga sebelah.
“Pagi. Wah pagi-pagi begini rajin sekali menyapunya?”ucap So Eun bercanda.
“Kau bisa saja. Haha… wah… Sang Bum sudah mau masuk TK ya?”tanya tetangga sebelah. Sang Bum mengangguk.
”Kalau begitu saya permisi dulu ya!”pamit So Eun sambil menunduk hormat kepada tetangga sebelahnya sudah lanjut usia.
Saat sedang jalan menurun menuju ke terminal bus. Sebuah mobil merah berhenti disampingnya. So Eun pun menengok kesamping.

”Kak Goo Hye Sun!” So Eun terkejut melihatnya. Hye Sun tersenyum melihatnya.
”So Eun! Kau mau mengantar Sang Bum ke TK kan? Bagaimana kalau kalian ikut kami saja?”ajak Hye Sun. So Eun tersenyum.
”Tapi apakah tidak merepotkan?”
”Tentu saja tidak. Iya kan, Lee Min Ho?”tanya Hye Sun kepada suaminya.
”Yo. Jangan takut dengan kami. Kami mengajakmu bukan untuk menculik kalian.”canda Min Ho. So Eun tertawa mendengar gurauannya.
”Baiklah kalau begitu.”
So Eun dan Sang Bum langsung masuk ke dalam mobilnya. Lalu mereka pun berangkat mengantarkan Sang Bum ke sekolahnya.

So Eun sedang sibuk membersihkan meja. Kini dia bekerja di sebuah kafe milik Hye Sun. Goo Hye Sun adalah kakak kelas SMPnya. Sejak dia pergi ke Seoul, So Eun tidak menyangka akan bertemu dengan Goo Hye Sun. Goo Hye Sun yang simpati dengan So Eun yang sedang hamil. Goo Hye Sun pun menawarkan pekerjaan di kafe kepada So Eun. Paling tidak dia bisa membiayai kehidupan dan anaknya. Para pelanggan mulai berdatangan ke kafe untuk makan siang. Suasana semakin sibuk.

Seorang wanita tua masuk ke dalam kafe dan duduk di kursinya. So Eun yang melihat itu langsung menghampirinya sambil membawa kertas dan pena.
”Selamat datang di Kafe MinSun. Anda mau pesan apa?”tanya So Eun setelah menunduk hormat kepada wanita tua itu. Wanita tua itu mengernyitkan dahinya melihat So Eun.
”Kau…” Wanita tua itu berusaha mengingatkan sesuatu. So Eun hanya terdiam bingung melihatnya.
”Bukankah kau yang ada dirumah sakit waktu itu?”tanya wanita tua sambil menunjuk So Eun.
”Hah?” So Eun jadi tambah bingung mendengarnya.
”Iya, benar! Kau kan yang mendonorkan darahmu kepada anakku yang sedang dioperasi itu.”
So Eun tertegun mendengarnya, dia mengernyitkan dahinya. Memang merasa kenal dengan wanita tua itu. Tidak lama, So Eun pun mengingatnya.
”Ah! Anda Ibu yang waktu itu ya?” So Eun berbalik menunjuknya. Wanita itu tersenyum mendengarnya.

So Eun membawakan pesanan wanita itu ke meja. Setelah diletakkannya pesanannya, So Eun langsung duduk berhadapan dengannya. Wanita itu pun meminum kopi hangatnya. So Eun memperhatikannya.
”Ibu….” So Eun agak bingung memanggilnya. Wanita itu tersenyum.
”Namaku Kim So Jin. Kau panggil aku Ibu So Jin saja.”
”Oh. Ibu So Jin. Bagaimana keadaan anak Ibu? Apakah dia selamat?”tanya So Eun yang rupanya masih ingat walaupun sudah 5 tahun berlalu.
So Jin meletakkan cangkirnya.
”Berkatmu yang menyumbangkan darahmu. Anakku selamat dari operasinya.”
”Syukurlah.” So Eun jadi lega. Bantuan donor darahnya jadi tidak sia-sia.

”Tapi. Sejak kejadian itu, dia mulai berubah.”
So Eun tertegun mendengarnya.
”Berubah?”
So Jin mengangguk.
”Entah apa yang membuatnya jadi begitu pendiam. Dia tidak mau cerita kepada kami. Bahkan rencana pernikahannya pun terpaksa dibatalkan.”
”Kenapa bisa begitu?”
So Jin menatapnya serius. So Eun jadi mengira Ibu So Jin tersinggung dengan perkataannya lalu buru-buru minta maaf.
”Maaf. Kalau perkataanku menyinggungmu. Aku tidak bermaksud ikut campur. Aku minta maaf.”sesalnya. Namun So Jin malah tertawa kecil melihatnya.
”Kau tidak usah panik. Oh iya, aku belum mengetahui namamu.”
”Namaku Kim So Eun, So Eun.”
“Kim So Eun. Nama yang bagus.”pujinya. So Eun tersenyum malu mendengarnya.
”So Eun. Selama 5 tahun ini sejak pembatalan pernikahannya. Dia jadi tidak mau mencari istri. Padahal kami ingin cucu.”
So Eun yang mendengarnya jadi prihatin. Dia pun menggenggam tangan So Jin.
”Tenang ya, bu. Aku yakin dia pasti akan segera menikah.”
So Jin tersenyum lagi mendengar penghiburannya.
”So Eun. Apakah kau sudah menikah?”tanya So Jin.

So Eun tertegun mendengarnya. Dia pun melepaskan genggamannya.
”So Eun.”panggil So Jin yang khawatir melihat So Eun lama terdiam.
“Aku tidak menikah. Tetapi aku sudah mempunyai anak.”
So Jin terkejut mendengarnya.
”Bagaimana bisa? Apakah kau… hamil diluar nikah?”tebak So Jin. So Eun mengangguk pelan.
”Lagi pula peristiwa itu merupakan kecelakaan yang tidak sengaja.”
”Lalu kenapa kau tidak minta pertanggungjawabannya atas kehamilanmu?”
So Eun tersenyum mendengar pertanyaan So Jin.
”Masalahnya, dia akan menikah dengan sahabatku. Aku tidak mau menghancurkan kebahagiaan mereka.”
So Jin pun prihatin dengan ceritanya. Dia pun menggenggam tangan So Eun.
”Yang tegar ya.”
So Eun mengangguk mendengarnya. So Eun berusaha menahan air matanya.
”Oh iya, So Eun. Mumpung aku bertemu denganmu. Bagaimana kalau kau kuundang makan malam sebagai rasa terima kasih kami karena kau telah menyelamatkan anakku.”
”Hah?”
So Eun tertegun mendengar ajakannya.
”Tapi….”
”Kau jangan menolak. Aku yakin suamiku dan anakku pasti akan senang kalau kau datang. Kau boleh membawa anakmu ikut makan malam.”
Akhirnya So Eun pun menyetujui ajakan So Jin.
”Terima kasih, So Eun. Ini alamat rumahku. Apa aku perlu menjemputmu?”
Tanya So Jin sambil menyerahkan kartu namanya.
”Ah. Tidak usah. Kami naik taksi saja.”
”Tapi taksi itu kan mahal.”
”Tidak apa-apa, Ibu.”tolak So Eun.
”Baiklah kalau begitu. Kami akan menunggu kedatanganmu nanti malam. Aku harap kau jangan terlambat ya.”
”Baik Ibu So Jin.”

Malam hari telah tiba……
So Eun dan Sang Bum yang berada di taksi kini telah sampai di rumah Ibu So Jin. Mereka pun turun. Mereka tercengang melihat rumahnya yang begitu besar dan mewah.
”Ibu. Rumahnya besar sekali ya?”ujar Sang Bum sambil menarik baju So Eun. So Eun hanya melongo mengangguk menatap rumah itu.
So Jin pun keluar dan menyambut kedatangan mereka.
”Kau sudah datang.” So Jin memeluk So Eun. So Eun pun membalas pelukannya.
”Wah. Ini anakmu, So Eun?”Tanya So Jin saat melihat Sang Bum. So Eun mengangguk.
“Kau lucu sekali. Sangat tampan!” So Jin mencubit pipi Sang Bum dengan halus. Sang Bum hanya tersenyum malu mendengar pujian So Jin.
”Bagaimana kalau kalian masuk dulu.” So Jin menuntut mereka untuk masuk ke dalam dan menuju ke ruang tamu.
Selama menyusuri lorong rumah itu, So Eun dan Sang Bum terpesona melihat keindahan dan kemewahan rumahnya.
”Silakan kalian menunggu disini. Aku akan memanggil suamiku dulu.”

So Eun mengangguk mengerti. Lalu So Eun dan Sang Bum duduk disofa setelah So Jin pergi.
Tiba-tiba ponsel So Eun berbunyi. So Eun pun mengangkatnya.
“Halo. Kak Hye Sun?”
Selama So Eun berbicara di ponselnya. Tanpa dia sadari Sang Bum turun dari sofanya. Lalu berlari keluar dari ruang tamu. Sang Bum begitu terpana melihatnya.

”Baiklah. Bye-bye.” So Eun pun mengakhiri percakapan ponselnya. Lalu berbalik dan panik tidak melihat Sang Bum disampingnya.
”Kim Sang Bum. Sang Bum!”teriak So Eun memanggil anaknya. So Eun pun bangkit dari sofanya dan berlari mencari Sang Bum yang dikhawatir Sang Bum akan tersesat di rumah yang besar.

Seorang pria berjas baru saja pulang dari kantor. Dia pun masuk kedalam rumahnya. Lalu berjalan menyusuri lorong menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Tiba-tiba seorang anak kecil berlari tanpa melihat arahnya. Dan anak kecil itu menabrak pria itu dan terjatuh. Pria itu yang masih berdiri tegak langsung berlutut membantu anak kecil yang sedang menangis itu untuk bangun.
”Kau tidak apa-apa?”tanyanya.
Anak kecil itu mengangguk. Sudah mulai tenang tangisannya.
”Kau disini dengan siapa? Dimana Ibumu?”tanyanya lagi. Belum sempat anak kecil itu menjawab. Ada suara yang memanggilnya.
”Sang Bum! Kau dimana?”teriak So Eun memanggil sambil berbelok. Dan dia tertegun melihat anaknya bersama orang yang dikenalnya. Pria itu pun ikut terkejut melihatnya.

”Kim So Eun.”
”Kim Bum.”
Akhirnya Kim Bum memanggil namanya setelah 5 tahun So Eun pergi ke Seoul dan tidak mendengarnya memanggil namanya.
”Ibu!” Sang Bum langsung berlari ke pelukan Ibunya. Kim Bum jadi terdiam bingung melihat Sang Bum memanggilnya Ibu.
”Ibu?” Kim Bum mengulangi kata-kata Sang Bum dengan bingung. Sementara So Eun hanya terdiam, terkejut bertemu dengannya lagi.
”Wah… rupanya kau sudah datang, Kim Bum!” So Jin pun datang bersama suaminya. So Jin memeluk Kim Bum. Sementara suaminya mendekati So Eun.
”Kaukah yang bernama Kim So Eun?”
So Eun mengangguk bingung.
”Kenalkan aku Kim Sang Joon, ayahnya. Aku sungguh berterima kasih kepadamu karena kau telah menyelamatkannya.”
”Apa?” So Eun terkejut mendengarnya.
”So Eun, kenalkan ini anakku, Kim Sang Bum. Kim Bum, dialah yang mendonorkan darahnya kepadamu ketika kau sedang operasi. Kau harus mengucapkan terima kasih dengannya.”
”Apa? So Eun, dia yang mendonorkan darahnya?”
So Jin mengangguk. Kim Bum dan So Eun saling berpandangan dengan terkejutnya. Sang Bum hanya terdiam bingung melihat Ibunya menatap Kim Bum.
So Eun tidak menyangka orang tua yang ditemuinya dulu dan dihadapannya adalah orang tua Kim Bum. So Eun juga tidak menyangka darahnya yang disumbangkan itu ternyata telah menyatu didalam tubuh Kim Bum.

Suasana makan malam sedikit kaku diantara Kim Bum dan So Eun. Sesekali mereka saling lirik dalam keadaan terdiam.

”Bagaimana makanannya, enak tidak?”tanya Ibu So Jin kepada So Eun.
”Sangat enak, Ibu.”jawab So Eun.
“Enak, nenek!”timpal Sang Bum dengan cerianya. So Eun dan Kim Bum tertegun dengan panggilan Nenek yang keluar dari mulut Sang Bum.
”Oh iya. Aku tidak menyangka rupanya kalian sudah saling kenal. Apa lagi kalian ini adalah teman kampus Shinhwa.”ujar Sang Joon. So Eun hanya tersenyum mendengarnya sementara Kim Bum terdiam sambil makan.
”Oh iya. Siapa namamu, nak?”tanya So Jin kepada Sang Bum.
”Namaku Kim Sang Bum, Nek!?”jawab Sang Bum dengan lincahnya. So Jin dan Sang Joon tertegun mendengar namanya.
”Kim Sang Bum? Wah berarti sama dengan anakku. Kenapa kau memberikan nama seperti itu So Eun?”tanya So Jin lagi. So Eun jadi bingung menjawabnya.
”Ah… Itu… Karena aku suka dengan nama itu saja. Tidak ada yang khusus. Haha…”jawab So Eun sambil tertawa kecil dengan suasana yang kaku. Kim Bum memperhatikannya lalu memikirkan sesuatu.
”So Eun, orang tuamu bekerja apa?”tanya So Jin. So Eun terdiam mendengarnya. Tidak lama dia pun tersenyum kepada Ibunya Kim Bum.
”Orang tua saya, sudah lama meninggal.”
So Jin menutup mulutnya, ”Maafkan aku, So Eun. Aku turut berduka cita.”
So Eun hanya mengangguk sambil tersenyum.
”Oh iya, So Eun. Dari tadi aku penasaran. Dia ini anakmu?”tanya Sang Joon yang rupanya belum tahu siapa Sang Bum. Dengan pelan, So Eun mengangguk.
”Lalu siapa suamimu?”tanya Sang Joon lagi membuat So Eun jadi tidak bisa menjawab. So Jin langsung mencubit perut suaminya dengan pelan.
”Sayang, dia tidak menikah.”
Sang Joon dan Kim Bum terkejut mendengarnya. Kim Bum memandang So Eun dengan dalam.
”Bagaimana bisa?”tanya Sang Joon.
”Sayang, dia hamil diluar nikah. Itu juga karena kecelakaan.”jawab So Jin. Kim Bum makin gugup melihatnya.
”So Eun. Kalau itu memang kecelakaan. Kenapa kau tidak minta pertanggungjawabannya?”ujar Sang Joon.
So Eun kembali tertegun mendengar pertanyaannya. Sementara Kim Bum terdiam menunggu jawabannya.
“Itu karena….” So Eun menatap Kim Bum dengan dalam.
”Karena dia akan menikah dengan tunangannya. Apalagi tunangannya adalah sahabatku. Melihat mereka sedang bahagia. Aku rasa tidak pantas untuk menghancurkan kebahagiaannya. Jadi biarlah anak ini kurawat sendiri.”lanjut So Eun. So Jin memegang tangan So Eun. Terharu mendengarnya.
“Aku mengerti maksud ucapanmu. Kim Bum juga, saat ini seharusnya sudah menikah. Namun pernikahannya jadi batal karena suatu masalah.”kata Sang Joon.
So Eun terkejut mendengarnya. Berarti Kim Bum tidak jadi menikah dengan Ji Yun.
”Kenapa?”tanya So Eun penasaran.
”Karena calon istrinya sudah hamil duluan apalagi itu bukan anak kandungnya. Awalnya kami tidak percaya. Dia terus minta maaf kepada Kim Bum dan memintanya tidak membatalkan pernikahannya. Mungkin Kim Bum yang telah mengetahui kenyataan dengan tegas membatalkan pernikahannya.”jawab So Jin. So Eun memandang Kim Bum tidak percaya. Kim Bum hanya menunduk tidak berani menatapnya.
”Padahal kami ingin punya cucu. Sudah berapa wanita yang ditolaknya untuk jadi calon istrinya. Begitu aku tanya kenapa, dia tidak mau menjawabnya.”ujar Sang Joon.
So Eun hanya terdiam memandangnya. Kim Bum tetap menunduk.
“Ibu! Minumanku sudah habis.”teriak Sang Bum yang membuyarkan lamunan So Eun kepada Kim Bum. So Eun langsung menukarkan minumannya.
“Kau minum saja punya Ibu ya.” Sang Bum mengangguk dan meminumnya.
”So Eun. Dari tadi aku penasaran. Melihat wajah Sang Bum. Sepertinya mirip sekali dengan Kim Bum.”kata Sang Joon. So Eun terdiam.
”Iya, sayang. Aku sependapat denganmu.”
Kim Bum memperhatikan anaknya dengan seksama.
”Iya, kata Ibu. Aku mirip sekali dengan Ayah.”celetuk Sang Bum. Kim Bum terkejut mendengarnya. So Eun langsung menutup mulutnya agar tidak melanjutkan kata-katanya.
”Makanan ini benar-benar enak.” So Eun berusaha mengalihkan topik pembicaraannya. Orang tua Kim Bum hanya bingung. Tidak lama mereka tersenyum.

”Terima kasih atas makan malamnya.”ucap So Eun sambil menunduk. Kini mereka akan pulang kerumahnya.
”So Eun, tunggu! Kau lebih baik diantar saja.”
”Ah. Tidak usah repot-repot, Bu. Kami pulang naik taksi saja.”
”Tidak bisa, So Eun! Kim Bum, kau antarkan dia kerumahnya.”
Kim Bum dan So Eun saling pandang.
”Baik, Ibu.” Kim Bum segera mengeluarkan mobilnya. Lalu So Eun dan Sang Bum masuk kedalamnya. Sang Bum duduk dibelakang dan So Eun duduk didepan, disamping Kim Bum.

Selama diperjalanan, Sang Bum sudah tidur lelap di mobil. So Eun masih memalingkan mukanya. Tidak mau memandang Kim Bum. Akhirnya Kim Bum pun berani berbicara dengannya.
”So Eun.”panggilnya. So Eun pun menolehnya.
”Sang Bum. Apakah dia anakku?”
So Eun terdiam. Tidak menjawabnya.
”Kenapa waktu itu kau tidak memberitahukanku kalau kau hamil? Aku benar-benar minta maaf atas kelakuanku waktu itu. Aku tidak sadar kalau orang itu adalah kau. Selama ini aku selalu merasa bersalah denganmu. Apa lagi Ji Yun yang rupanya dia sedang mengandung anaknya Geun Suk. So Eun, andaikan kau memberitahukannya. Aku mau membatalkan pernikahanku dengan Ji Yun dari awal. Kenapa kau malah pergi?”
So Eun tidak menjawabnya. Terdiam dalam emosi.
”So Eun. Jawablah pertanyaanku. So Eun!” Kim Bum berusaha meminta penjelasan So Eun.
”Berhenti.”kata So Eun.
”Apa?”
”Aku bilang berhenti!”teriak So Eun membuat Sang Bum terbangun. Kim Bum terpaksa menghentikan mobilnya.
”Sudah sampai dirumahku.”ujar So Eun sambil keluar lalu membuka pintu belakang. Sang Bum pun keluar. Kim Bum ikut keluar.
”Sang Bum. Kau masuk dulu. Ini kuncinya.” So Eun menyerahkan kunci rumahnya kepada Sang Bum. Sang Bum yang masih setengah mengantuk hanya terdiam melaksanakan perintah ibunya. Dia pun masuk ke dalam. Kim Bum langsung menarik lengan So Eun agar So Eun berhadapan dengannya. Tiba-tiba So Eun menamparnya dengan keras. Kim Bum terkejut melihatnya. Dan melihat So Eun sambil menetes air matanya.
”Kim So Eun.”
”Kau ingin tahu kenapa aku tidak memberitahukanmu? Kau ingin tahu kenapa aku langsung pergi dari hadapanmu? Kau ingin tahu?”kata So Eun bertubi-tubi. Kim Bum hanya terdiam.
”Karena kau adalah tunangannya Ji Yun! Sementara aku sudah terlanjur mencintaimu! Terlanjur untuk membuatmu selalu bahagia. Aku tidak mau kau yang tidak mengetahui perasaanku dan kau yang sudah mencintai Ji Yun jadi hancur mengetahui kenyataannya. Walaupun aku sendiri yang lebih hancur.”
”So Eun….” Namun So Eun memotong kata-katanya.
”Kalau aku beritahu tentang kehamilanku. Mungkinkah kau akan menikahiku karena cinta? Atau karena merasa bersalah yang telah memperkosaku? Kau tahu, selama ini aku ingin kau menikahiku karena kau mencintaiku dengan tulus. Bukan karena merasa kasihan, bersalah, dan bertanggung jawab karena kejadian waktu itu. Aku tidak butuh itu!?”
”Kim So Eun….” Kim Bum berusaha menjelaskannya. Namun So Eun memotongnya lagi.
”Biar aku yang jelaskan kepadamu, Kim Bum. Yang pasti saat ini aku sangat benci denganmu. Aku berusaha melupakanmu walaupun itu sulit dan menyakitkan. Kau tahu kenapa selama ini aku tidak menikah dengan pria lain? Karena aku masih mencintaimu, Kim Bum! Tapi aku harap, aku tidak akan bertemu denganmu lagi sampai aku mati. Namun rupanya gagal. Satu lagi…” So Eun melepaskan cincin couple ring dari jemarinya lalu menyerahkan kepada Kim Bum dengan kasar.
”Kau bilang ini adalah tanda persahabatan kita? Kau salah. Jelas-jelas cincin ini adalah couple ring. Kenapa kau masih membelikan cincin ini dan memberikanku? Kau tahu. Aku merasa sakit hati mendengarmu ini adalah cincin persahabatan. Maka aku kembalikan cincin ini kepadamu!”
So Eun langsung berlari masuk kedalam rumahnya sambil mengunci pagar rumahnya. Kim Bum yang sedari awal terdiam mendengar penjelasan So Eun. Air matanya pun mengucur ke pipinya. Kim Bum mengepalkan tangannya yang memegang cincin dari So Eun.
”Aarrgghh…..!?” Kim Bum langsung memukul atap mobilnya sambil menangis. Tidak disangkanya, So Eun begitu menderita karenanya. Walaupun dia merasakan kesakitan ditangannya akibat memukul atap mobil namun tidak sebanding dengan rasa sakit hati So Eun kepada Kim Bum.

Kim Bum telah sampai dirumahnya sendiri. Dia berjalan terhuyung memasuki rumahnya. Dia begitu menyesal setelah mendengar penjelasan So Eun dan melihat So Eun menangis. Dia pun melewati ruang keluarga.
“Kim Bum!”panggil Ibundanya. Kim Bum pun menoleh.
“Ayo, kesini. Kami sedang membicarakan tentang So Eun.”
Kim Bum pun masuk ke dalam ruang keluarga dan duduk berhadapan dengan orang tuanya.
“Kim Bum. Bagaimana menurutmu tentang So Eun? Dia begitu baik kan?”Tanya So Jin. Kim Bum terdiam.
”Iya, aku setuju denganmu sayang. Alangkah lebih baik kalau dia jadi istrimu, Kim Bum. Tapi pria itu memang benar-benar kurang ajar telah memperkosanya.”ujar Sang Joon dengan sedikit emosi. Kim Bum terkejut mendengarnya.
”Iya. Wanita sebaik dia. Benar-benar malang.” So Jin jadi prihatin dengan kondisi So Eun. Tiba-tiba Kim Bum berlutut dihadapan mereka. Mereka jadi bingung melihatnya.
“Kau kenapa, Kim Bum?”Tanya So Jin.
“Ayah, Ibu. Aku….”

“Plak!”
Suara tamparan keras melayang di pipi Kim Bum dari tangan sang Ayah.
“Anak kurang ajar!? Bagaimana kau bisa memperkosanya? Kau mengecewakan kami!”teriak Sang Joon. So Jin hanya bisa menangis terisak mendengar penjelasan Kim Bum yang mengejutkan.
”Kau….!!” Sang Joon memegang dadanya. Rasa sakit jantungnya kumat lagi.
”Ayah!” So Jin memapah suaminya. Sementara Kim Bum yang ingin membantunya ditolak mentah-mentah oleh Ayahnya. Kim Bum kembali berlutut terdiam.
”Jangan terlalu emosi. Nanti jantungnya kumat lagi.” So Jin berusaha menenangkan suaminya yang emosi itu.
”Aku benar-benar tidak menyangka. Wanita sebaik dia yang telah menyelamatkan nyawamu. Kau malah memperkosanya. Jangan-jangan So Jin, cerita So Eun tadi itu adalah tentang dia? Kim Bum, kau membuat kami jadi malu dengan So Eun.”ujar Sang Joon. Kim Bum menunduk.
”Aku tidak mau tahu. Kau mau atau tidak. Kau harus menikahinya!?”seru Sang Joon. Sementara Kim Bum tertegun mendengarnya. Orang tuanya pun meninggalkan Kim Bum yang masih berlutut dilantai.

So Eun pun menyelimuti anaknya yang sudah tidur lelap. So Eun tersenyum melihatnya. Lalu mencium kening anaknya dengan penuh kasih sayang.

Kim Bum sudah berada dikamarnya. Dia langsung menarik lacinya dan mengambil topi milik So Eun yang masih disimpannya. Kemudian dia menatap topi dan cincin So Eun dengan lama dan penuh dalam. Lalu dia meletakkan kembali dua barang itu di laci dengan hati-hati seolah kedua benda itu adalah barang berharganya.

So Eun membuka jendela dikamarnya. Kim Bum pun membuka jendela dikamarnya. Mereka pun menatap langit. Walaupun ditempat yang berbeda dan jauh, Kim Bum dan So Eun sedang memandang bulan yang sama. Bulan yang sedang menghiasi langit malam bersama para bintang. Mereka pun merenung. Memikirkan masa-masa dulu yang pernah mereka lewati.

TO BE CONTINUED……………….

Mereka pun bertemu lagi setelah sekian lamanya.
Akankah kim Bum mau menikahinya atas dasar paksaan orang tuanya atau atas dasar perasaannya sendiri?
Apakah So Eun menerimanya?

Tunggu di part.8(Final)!!??

23 Tanggapan to “The Love For Happy Together Part.7”

  1. qinqin 27 September 2010 pada 9:40 PM #

    wah dramatis banget ceritanya,lanjutkan!!

  2. qinqin 27 September 2010 pada 9:41 PM #

    wah dramatis banget ceritanya,lanjutkan ka!!!

  3. diann 27 September 2010 pada 10:40 PM #

    omo… amazing!!!! sya setia menunggu!!

  4. citra anisa aprilia 28 September 2010 pada 12:45 AM #

    waiting for next chapter! 🙂

  5. dini ramadhani 28 September 2010 pada 3:27 AM #

    sedih senan terharu bingung
    dtunggu part slnjtnya

  6. renata 28 September 2010 pada 3:25 PM #

    Yaolo gw baca ni ff ampe brcucuran air mata :(( sungguh mengharukan..
    Kpn epi 8 diposting?? Udh gak sabr baca lnjutannya

    • 라흐미 'Rahmi' 29 September 2010 pada 11:01 PM #

      part 8nya udah ada…. + special partnya

  7. puput vanessa 28 September 2010 pada 4:28 PM #

    seru bngt crita’a . d’tnggu klnjutan crita’a . phi scepat’a iia . hehehehe *MAKSA*

    • 라흐미 'Rahmi' 29 September 2010 pada 11:00 PM #

      lanjutannya udah ada

  8. Melisa luv Bumsso 28 September 2010 pada 6:55 PM #

    waduh kak…
    makin keren aj kak ffnya…
    bkn aq teharu bc part nie…
    tp bnr kak part nie bner” menyentuh hati bgt…
    aq tunggu kak part8nya…

    • 라흐미 'Rahmi' 29 September 2010 pada 11:02 PM #

      udah ada part 8 final dan special partnya
      silakan dibaca 😀 😀

  9. Minhye 28 September 2010 pada 9:10 PM #

    sungguh mengharukan..*ngeluarin tissu…
    ;(…

    • 라흐미 'Rahmi' 29 September 2010 pada 11:00 PM #

      huhuhuhuhuh 😦

      udah ada tuh final part sama special partnya

  10. Echa 29 September 2010 pada 8:14 AM #

    Salam kenal .
    Duuhhh ceritany mengharukan bgt .
    Dtnggu part. 8ny,, jgn lama” iia postingny,,,
    gg sbar pngen tau kelnjtanny….

  11. renata 29 September 2010 pada 5:38 PM #

    Kapan nie diposting epi 8…
    Udh gak sbar nunggu lnjutan critanya..
    Klo lamat bkin nyesek/nggantung

    • 라흐미 'Rahmi' 29 September 2010 pada 10:56 PM #

      udah ada kok… part 8 final sama special partnya

  12. Andin 29 September 2010 pada 7:11 PM #

    Ceritanya sedih hisk hiks, part 8 nya kapan, apa udah part 8 nya hehe

  13. tta 19 Desember 2010 pada 2:21 PM #

    keren banget kak critanya ,, asli aku nangis 😥
    like this deh pokonya 😀

  14. Kim so in 30 Desember 2010 pada 1:10 AM #

    Sumpah aku ampe nangis…
    FF ni udah bca b’ulang” X Tp ga bosan”…

  15. rossita 27 Desember 2012 pada 7:51 PM #

    sungguh mengharuhkan ;(
    kirain kimbum udah nikah sama jiyun ..
    ternyata nggak .. syukur deh mereka gak jadi nikah 😀

  16. Aisyahyesung 19 November 2013 pada 6:57 PM #

    wah semoga mereka bersatu

  17. Mia 30 Juli 2014 pada 4:10 PM #

    Pasti kimbum kan menerimaxa dengan senang hati.

Tinggalkan Balasan ke diann Batalkan balasan